Mengupas Fenomena Bunuh Diri di Jembatan Teluk Kendari dari Kacamata Psikolog. Foto: Ist.
KENDARI, NOTIFSULTRA.ID — Jembatan Teluk Kendari menjadi sorotan publik, bukan hanya karena keindahannya, tetapi karena peristiwa tragis yang belakangan kerap terjadi: tindakan bunuh diri.
Fenomena ini bukan hanya persoalan sosial, namun juga persoalan psikologis yang kompleks.
Menurut teori psikologi, peristiwa bunuh diri yang mendapat sorotan luas di media dapat memicu terjadinya kasus serupa, yang dikenal sebagai Werther Effect.
Istilah ini merujuk pada efek imitasi, di mana seseorang yang rentan secara emosional atau memiliki masalah mental terdorong untuk meniru tindakan bunuh diri yang mereka dengar atau lihat di media.
Seperti dijelaskan oleh Chattarjjee & D'cruz (2020), pemberitaan yang menyoroti bunuh diri dapat menjadi pemicu (trigger) bagi individu yang sedang berjuang dengan kondisi kesehatan mentalnya.
Fenomena ini juga disoroti oleh Astri Yunita, S.Psi., M.Psi., Psikolog Klinis dan Dosen Psikologi Universitas Halu Oleo sekaligus Psikolog UPTD PPA Kota Kendari.
Menurutnya, pemberitaan yang sensasional tanpa kehati-hatian justru dapat memperburuk situasi, serta menekankan pentingnya tanggung jawab media dalam menyampaikan informasi.
“Media sosial punya peran besar dalam memicu dorongan bunuh diri, terutama pada individu yang sedang dalam kondisi mental yang labil,” jelasnya.
Mengutip penelitian Pirkis (2013), Astri menjelaskan bahwa media memiliki pengaruh besar dalam mencegah atau justru mendorong glamorisasi tindakan bunuh diri, terutama jika lokasi dan cara bunuh diri diberitakan secara detail. Oleh karena itu, dibutuhkan pedoman pelaporan yang etis dan edukatif.
Lalu, bagaimana masyarakat dapat berkontribusi? Salah satu bentuk empati sederhana adalah meningkatkan literasi tentang kesehatan mental, dimulai dari cara kita mengonsumsi dan menyebarkan informasi.
Media bisa lebih fokus pada edukasi tentang kondisi psikologis seseorang yang berujung pada tindakan ekstrem tersebut, bukan sekadar mengeksploitasi aspek tragisnya.
“Dibanding menyebarkan detail cara bunuh diri, media sebaiknya mengangkat cerita tentang bagaimana individu berjuang dengan kesehatan mental mereka, serta pentingnya dukungan sosial,” tambah Astri.
Ia juga mendorong adanya pelatihan dan psiko edukasi dari pemerintah daerah untuk meningkatkan kesadaran kolektif.
Fenomena bunuh diri di Jembatan Teluk Kendari adalah peringatan penting bahwa kesehatan mental bukan isu sepele. Pemberitaan yang bijak dan empati dari masyarakat bisa menjadi langkah awal untuk mencegah tragedi serupa terjadi lagi.
Jika Anda atau orang terdekat Anda mengalami masalah kesehatan mental, jangan ragu untuk mencari bantuan profesional. Ingat, hidup Anda sangat berarti.
Laporan: La Ode Andi Rahmat